SIKAP DAN PRILAKU MANUSIA
SIKAP
Sikap dan prilaku memiliki kaitan erat,
sikap akan mengarahkan perilaku. Dalam hubngan interpersonal sikap akan
berpengaruh pada pola-pola hubungan interpersonal yang dikembangkan. Sikap
dapat didefinisikan terhadap demokrasi. Sikap-sikap lain dapat bersifat
impersonal, akan tetapi sikap yang penting adalah sikap terhadap oranglain.
Menurut Weber, sikap adalah sebuah
reaksi evaluative (suatu penialian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan
seseorang terhadap orang, peristiwa atau aspek lain dalam lingkungan). Sikap
merupakan posisi yang tidak netral. Siakap memiliki variasi dari segi
intensitasnya bisa rendah, sedang, atau banyak. Misalnya pada saat akan
memeasukan saus pada bakso, anda akan memasukkan sedikit, sedang atau banyak
karena anda senang bakso yang tidak pedas, pedas, atau pedas sekali. Semua itu
termasuk dalam sikap karena berhuungan dengan pengalaman kita.
Cirikhas
sikap adalah sebagai berikut :
1.
mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, dan benda)
2.
mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju)
Sikap
terbentuk dari berbagai kesimpulan yang kita peroleh tentang pengalaman dimasa
lalu, untuk mempermudah pilihan perilaku kita nantinya. Sikap dapat timbul
tanpa ada pengalaman sebelumnya (Sarwono,S 1999). Misalnya, orang yang sejak
bayi tidak suka buah.
MODEL-MODEL YANG MENJELASKAN
SIKAP
Sikap dapat di jelaskan melalui model-model berikut ini.
Model satu
dimensi ( One-Dimensional Model ) 3
Model ini merupakan model yang paling
sederhana dalam menjelaskan sikap secara langsung,dalam arti suka atau tidak
suka terhadap objek tertentu. Sikap disini amat jelas, positif atau negative
sehingga hal ini dapat menjelaskan anda memilih untuk tidak menonton film
tentang kekerasan karana anda memang tidak menyukainya(anda memiliki sikap
negative tentang film kekerasan) dan akibatnya anda akan menghindari film yang
banyak menampilkan kekerasan.
MODEL TIGA KOMPONEN (Three-Componen Model
)
Model ini lebih berkembang daripada
model pertama. Model ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas
berdasarkan pengalaman psikologi. Disini dijelaskan, sikap menyangkut 3
dimensi, yaitu (a) pengalaman kognitif (seperti kepercayaan), (b) pengalaman
efektif (emosi), dan (c) perilaku (pilihan dan tindakan). Misalnya,menurut model
ini ketidaksukaaan kita terhadap rokok berkembang dari 3 jenis informasi.
Pertama kita tahu dan percaya bahwa asa rokok memiliki efek yang tidak baik
untuk kesehatan, terutama bagi perokok pasif . dari kepercayaan itu, kita akan
merasa tidak nyaman saat berada diantara orang-orang yang merokok. Hal itu
berakibat pada kita, misalnya langsung menghindar atau pergi ketika tahu ada
teman kita yang merokok.
Aspek-aspek
Sikap
Para ahli psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap terdiri dari tiga bagian (1) Kognitif, (2) Afektif, dan (3) Konatif.
Myers (1996) memberikan istilah yang lebih mudah diingat, yakni “ABC”
kependekan dari contoh berikut menjelaskan bagaimana aspek tersebut berfungsi.
Sikap dapat meramalkan perilaku namun,
dalam banyak kasus kita menemukan bahwa sikap tidak selalu sesuai dengan
perilaku. Misalnya, seorang anak sangat membenci sekolah (sikap
negative) tetap saja bersekolah (bias jadi karna dipaksa orangtuanya,karna di
ancam guru, karna tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan jika tidak sekolah.
Pengukuran
Sikap :
1. Skala Thustone
L.L
THUSTONE (1887-1955) mengembangkan pendekatan statistic pertama dalam mengukur
sikap. Dalam skala ini seorang peneliti mengembangkan serangkaian pernyataan
tentang sikap objek. Setiap pernyataan kemudian disusun kedalam urutan secara
numeric menurut skala positif negative misalnya kita urutkan skala sikap dari 1
sampai 10 tentang presiden George W Bush, dimana poin satu menunjukkan sikap
yang amat positif dan poin sepuluh menunjukan sikap yang amat negative
sehingga’ saat ada pernyataan” George W Bush” adalah presiden terhebat yang
pernah memimipin amerika serikat ” bisa saja diberi poin satu : lalu pernyataan
presiden tersebut adalah seseorag yang selalu melakukan hal yang terbaik bisa
diberi poin tiga : dan pernyataan “ dapat diberi poin 10.
2. Skala
Likert
Skala ini lebih
sering digunakan daripada skala Thustone di atas. Rensis Likert (1903-1981)
mengembangkan beberapa sikap. Responden kemudian memilih satu angka dari skala
setuju sampai tidak setuju. Jumlah dari angka yang di pilih menunjukan sikap
respondden terhadap hal ynag dimaksud. Misalnya,untuk mengetahui sikap kita
tentang iklan rokok, kita akan di hadapkan pada serangkaian penyataan yang
mendukung atau melawan iklan semacam itu. Setiap pernyataan di ikuti dengan
serangkaian angka-angka, sebagai skala yang menunjukan persetujuan/penolakan.
Skala yang di susun itu bisa berupa sebagai berikut ini.
Amat setuju 1 2
3 4
5 Amat tidak setuju.
3. Skala
Sematic Differential
Tehnik pengukuran sikap ini dating dari Osgood,suci, dan
Tannenbaum(1957). Sebagaimana di jelaskan Sarwono.S(1997), dasar teorinya
adalah \bahwa sikap orang terhadap suatu objek dapat di ketahui jika kita
mengetahui konotasi(arti psikologi) dari kata yang melambangkan objek sikap
itu. Satu sikap tertentu bisa memiliki makna atau kualitas evaluasi yang
berbeda. Misalnya,satu sikap negative tentang iklan rokok bisa termasuk
mempercayai bahwa iklan semacam itu menyebarkan kebohongan atau merasa marah
saat melihat ada iklan rokok di suatu majalah. Dalam tehnik ini, seorang
responden di minta untuk mengurutkan satu objek sikap dalam beberapa skala yang
berbeda secara sistematik. Misalanya, kita akan memberikan nilai terhadap iklan
rokok menurut skala berikut.
Baik 1 2 3 4 5
Buruk
Bagus 1 2 3 4 5
Jelek
Jujur 1 2 3
4 5
Tidak Jujur
Pembentukan Sikap
Idealnya , sikap di
bentuk dari pengalaman seseorang yang akan berfungsi sebagai penuntun
perilakunya di masa datang. Para peneliti telah mengidentifikasikan tiga jenis
pendekatan dalam memahami pembentukan sikap manusia. Yaitu :
1.
Pendekatan Belajar
Sikap
biasanya terbentuk lewat proses pembelajaran, suatu proses dimana pengalaman
dan praktek menghasilkan perilaku yang relative sama atau tetap. Proses
pembelajaran ini secara umum di identifikasikan dalam pembentukan sikap melalui
:
a. Asosiasi
Asosiasi mengacu pada proses menghubungkan pengalaman-pengalaman yang
amat dekat dari segi waktu, ruang atau keadaan. Dua bentuk pembentukan sikap
melalui asosiasi adalah classical conditioning dan more exposure.
b. Peneguhan(reinforcement)
Sikap bisa di pelajari dari pengalaman pribadi karena ada konsekuensi
tertentu yang bisa di ambil dari sana. Misalnya, kita tahu bahwa setiap saat
mengikuti mata kuliah psikologi, kita amat menikmatinya sehingga bisa
memperoleh nilai tinggi terus menerus. Dari situ ada semacam peneguhan dalam
mengembangkan sikap positif terhadap psikologi. Apalagi kalau temen-teman satu
kelas kita juga menikmati mata kuliah ini dan selalu memperoleh nilai baik.
Peneguhan merupakan segala macam konsekuensi dari pengalaman kita nantinya bisa
menghasilkan perilaku tertentu, seperti kecenderungan untuk mengambil mata
kuliah ini dan bukan yang lain atau membaca buku ini dan bukan yg lain,dan
seterusnya. Mengenai peneguhan ini, terdapat dua factor yang dapat menimbulkan
peneguhan yaitu Pengaruh keluarga dan Kelompok bermain(peer group) dan kelompok
acuan (reference group).
2.
Pendekatan Consistency Cognitive
Sebagaimana
dijelaskan Sarwono,S (1991) teori-teori konsistensi kognitif berpangkal pada
sebuah proposisi umum,yaitu bahwa kognisi (pengetahuan,kesadaran) tidak sesuai
dengan kognisi-kognisi lain menimbulkan keadaan psikologi yang tidak
menyenangkan dan keadaan ini mendorong orang untuk bertingkah laku agar
tercapai konsistensi antar kognisi-kognisi tersebut hal mana yang akan
menimbulkan rasa senang.
3.
Pendekatan Motivasional
` Teori ini dikembangkan oleh Leon Festinger.
Teori ini banyak melihat hubungan yang tidak konsistensi yang dimiliki seseorang.
Teori ini banyak melihat hubungan yang tidak konsisten antara sikap dengan
perilaku. Disonansi merupakan suatu pengalaman yang kurang menyenangkan yang
timbul dari ketidakserasian ( disharmony) antar aelemen-elemen kognitif seperti
sikap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar