Sabtu, 19 Januari 2013

SIKAP DAN PRILAKU MANUSIA


SIKAP DAN PRILAKU MANUSIA

SIKAP
Sikap dan prilaku memiliki kaitan erat, sikap akan mengarahkan perilaku. Dalam hubngan interpersonal sikap akan berpengaruh pada pola-pola hubungan interpersonal yang dikembangkan. Sikap dapat didefinisikan terhadap demokrasi. Sikap-sikap lain dapat bersifat impersonal, akan tetapi sikap yang penting adalah sikap terhadap oranglain.
Menurut Weber, sikap adalah sebuah reaksi evaluative (suatu penialian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan seseorang terhadap orang, peristiwa atau aspek lain dalam lingkungan). Sikap merupakan posisi yang tidak netral. Siakap memiliki variasi dari segi intensitasnya bisa rendah, sedang, atau banyak. Misalnya pada saat akan memeasukan saus pada bakso, anda akan memasukkan sedikit, sedang atau banyak karena anda senang bakso yang tidak pedas, pedas, atau pedas sekali. Semua itu termasuk dalam sikap karena berhuungan dengan pengalaman kita.
Cirikhas sikap adalah sebagai berikut :
1. mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, dan benda)
2. mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju)
Sikap terbentuk dari berbagai kesimpulan yang kita peroleh tentang pengalaman dimasa lalu, untuk mempermudah pilihan perilaku kita nantinya. Sikap dapat timbul tanpa ada pengalaman sebelumnya (Sarwono,S 1999). Misalnya, orang yang sejak bayi tidak suka buah.
MODEL-MODEL YANG MENJELASKAN SIKAP
Sikap dapat di jelaskan melalui model-model berikut ini.
Model satu dimensi ( One-Dimensional Model ) 3
Model ini merupakan model yang paling sederhana dalam menjelaskan sikap secara langsung,dalam arti suka atau tidak suka terhadap objek tertentu. Sikap disini amat jelas, positif atau negative sehingga hal ini dapat menjelaskan anda memilih untuk tidak menonton film tentang kekerasan karana anda memang tidak menyukainya(anda memiliki sikap negative tentang film kekerasan) dan akibatnya anda akan menghindari film yang banyak menampilkan kekerasan.
MODEL TIGA KOMPONEN (Three-Componen Model )
Model ini lebih berkembang daripada model pertama. Model ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas berdasarkan pengalaman psikologi. Disini dijelaskan, sikap menyangkut 3 dimensi, yaitu (a) pengalaman kognitif (seperti kepercayaan), (b) pengalaman efektif (emosi), dan (c) perilaku (pilihan dan tindakan). Misalnya,menurut model ini ketidaksukaaan kita terhadap rokok berkembang dari 3 jenis informasi. Pertama kita tahu dan percaya bahwa asa rokok memiliki efek yang tidak baik untuk kesehatan, terutama bagi perokok pasif . dari kepercayaan itu, kita akan merasa tidak nyaman saat berada diantara orang-orang yang merokok. Hal itu berakibat pada kita, misalnya langsung menghindar atau pergi ketika tahu ada teman kita yang merokok.
Aspek-aspek Sikap
Para ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap terdiri dari tiga bagian (1) Kognitif, (2) Afektif, dan (3) Konatif. Myers (1996) memberikan istilah yang lebih mudah diingat, yakni “ABC” kependekan dari contoh berikut menjelaskan bagaimana aspek tersebut berfungsi.
Sikap dapat meramalkan perilaku namun, dalam banyak kasus kita menemukan bahwa sikap tidak selalu sesuai dengan perilaku. Misalnya, seorang anak sangat membenci sekolah (sikap negative) tetap saja bersekolah (bias jadi karna dipaksa orangtuanya,karna di ancam guru, karna tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan jika tidak sekolah.

Pengukuran Sikap :
1. Skala Thustone
          L.L THUSTONE (1887-1955) mengembangkan pendekatan statistic pertama dalam mengukur sikap. Dalam skala ini seorang peneliti mengembangkan serangkaian pernyataan tentang sikap objek. Setiap pernyataan kemudian disusun kedalam urutan secara numeric menurut skala positif negative misalnya kita urutkan skala sikap dari 1 sampai 10 tentang presiden George W Bush, dimana poin satu menunjukkan sikap yang amat positif dan poin sepuluh menunjukan sikap yang amat negative sehingga’ saat ada pernyataan” George W Bush” adalah presiden terhebat yang pernah memimipin amerika serikat ” bisa saja diberi poin satu : lalu pernyataan presiden tersebut adalah seseorag yang selalu melakukan hal yang terbaik bisa diberi poin tiga : dan pernyataan “ dapat diberi poin 10.

2. Skala Likert
          Skala ini lebih sering digunakan daripada skala Thustone di atas. Rensis Likert (1903-1981) mengembangkan beberapa sikap. Responden kemudian memilih satu angka dari skala setuju sampai tidak setuju. Jumlah dari angka yang di pilih menunjukan sikap respondden terhadap hal ynag dimaksud. Misalnya,untuk mengetahui sikap kita tentang iklan rokok, kita akan di hadapkan pada serangkaian penyataan yang mendukung atau melawan iklan semacam itu. Setiap pernyataan di ikuti dengan serangkaian angka-angka, sebagai skala yang menunjukan persetujuan/penolakan. Skala yang di susun itu bisa berupa sebagai berikut ini.
Amat setuju        1      2     3     4     5 Amat tidak setuju.

3. Skala Sematic Differential
          Tehnik pengukuran sikap ini dating dari Osgood,suci, dan Tannenbaum(1957). Sebagaimana di jelaskan Sarwono.S(1997), dasar teorinya adalah \bahwa sikap orang terhadap suatu objek dapat di ketahui jika kita mengetahui konotasi(arti psikologi) dari kata yang melambangkan objek sikap itu. Satu sikap tertentu bisa memiliki makna atau kualitas evaluasi yang berbeda. Misalnya,satu sikap negative tentang iklan rokok bisa termasuk mempercayai bahwa iklan semacam itu menyebarkan kebohongan atau merasa marah saat melihat ada iklan rokok di suatu majalah. Dalam tehnik ini, seorang responden di minta untuk mengurutkan satu objek sikap dalam beberapa skala yang berbeda secara sistematik. Misalanya, kita akan memberikan nilai terhadap iklan rokok menurut skala berikut.
Baik                1      2      3      4      5              Buruk
Bagus       1      2      3      4      5              Jelek
Jujur        1      2      3      4      5              Tidak Jujur

Pembentukan Sikap
Idealnya , sikap di bentuk dari pengalaman seseorang yang akan berfungsi sebagai penuntun perilakunya di masa datang. Para peneliti telah mengidentifikasikan tiga jenis pendekatan dalam memahami pembentukan sikap manusia. Yaitu :
1. Pendekatan Belajar
Sikap biasanya terbentuk lewat proses pembelajaran, suatu proses dimana pengalaman dan praktek menghasilkan perilaku yang relative sama atau tetap. Proses pembelajaran ini secara umum di identifikasikan dalam pembentukan sikap melalui :
a. Asosiasi
Asosiasi mengacu pada proses menghubungkan pengalaman-pengalaman yang amat dekat dari segi waktu, ruang atau keadaan. Dua bentuk pembentukan sikap melalui asosiasi adalah classical conditioning dan more exposure.

b. Peneguhan(reinforcement)
Sikap bisa di pelajari dari pengalaman pribadi karena ada konsekuensi tertentu yang bisa di ambil dari sana. Misalnya, kita tahu bahwa setiap saat mengikuti mata kuliah psikologi, kita amat menikmatinya sehingga bisa memperoleh nilai tinggi terus menerus. Dari situ ada semacam peneguhan dalam mengembangkan sikap positif terhadap psikologi. Apalagi kalau temen-teman satu kelas kita juga menikmati mata kuliah ini dan selalu memperoleh nilai baik. Peneguhan merupakan segala macam konsekuensi dari pengalaman kita nantinya bisa menghasilkan perilaku tertentu, seperti kecenderungan untuk mengambil mata kuliah ini dan bukan yang lain atau membaca buku ini dan bukan yg lain,dan seterusnya. Mengenai peneguhan ini, terdapat dua factor yang dapat menimbulkan peneguhan yaitu Pengaruh keluarga dan Kelompok bermain(peer group) dan kelompok acuan (reference group).

2. Pendekatan Consistency Cognitive
          Sebagaimana dijelaskan Sarwono,S (1991) teori-teori konsistensi kognitif berpangkal pada sebuah proposisi umum,yaitu bahwa kognisi (pengetahuan,kesadaran) tidak sesuai dengan kognisi-kognisi lain menimbulkan keadaan psikologi yang tidak menyenangkan dan keadaan ini mendorong orang untuk bertingkah laku agar tercapai konsistensi antar kognisi-kognisi tersebut hal mana yang akan menimbulkan rasa senang.

3. Pendekatan Motivasional
`        Teori ini dikembangkan oleh Leon Festinger. Teori ini banyak melihat hubungan yang tidak konsistensi yang dimiliki seseorang. Teori ini banyak melihat hubungan yang tidak konsisten antara sikap dengan perilaku. Disonansi merupakan suatu pengalaman yang kurang menyenangkan yang timbul dari ketidakserasian ( disharmony) antar aelemen-elemen kognitif seperti sikap.
         





Tidak ada komentar:

Posting Komentar