Selasa, 08 Januari 2013

Presepsi Tentang Orang Dan Atribusi

Presepsi Tentang Orang Dan Atribusi

A. Atribusi Ttentang Diri (Self)

Salah satu hal yang menarik dalam teori atribusi adalah atribusi orang memiliki presepsi berdasarkan kondisi internalnya sendiri, sama seperti saat mereka memiliki presepsi tentang orang lain.  Sama seperti atribusi tentang orang lain, dalam atribusi tentang diri sendiri kita juga mencari sebab-akibat suatu tindakan yang kita lakukan. Hal ini tentunya juga berhubungan dengan atribusi disposisi dan situasional yang ada. Saat kita bisa mengenal dan memahami dengan baik faktor-faktor eksternal yang mendorong kita melakukan sesuatu hal, kita bisa dengan mudah menyebutnya sebagai tindakan yang didasrkan pada atribusi eksternal atau sitasional. Sebaliknya saat faktor eksternal itu tidak ada, berarti atribusi diposisi (internal) bisa lebih menjelaskan perilaku kita.
Setiap hari kita selalu berteman dengan orang lain, baik yang kita kenal maupun tidak. Disaat itu disadari atau tidak kita memperhatikan segala tindakan yang mereka lakukan dan setelah itu mulai berfikir, mengapa ya mereka melakukan hal itu?.
Saat kita mulai melakukan penelitian dan mencoba menjelaskan perilaku seseorang dengan berusaha memahami perilaku orang yang sedang kita amati maka kita melakukan proses atribusi di saat itu, kita berusaha memahami perilaku orang yang sedang kita amati. Atribusi adalah proses menyimpulka motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak (Baron dan Byrne, 1979). Mengapa manusia melakukan atribusi? Menurut Myers (1996) kecenderungan memberikan atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (ada sifat ilmuan dalam manusia), termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain.
B. Naive Pasychology
Menurut Fritz Heider yang terkenal sebagai tokoh psikologi atribusi, dasar untuk mencari pejelasan mengenai perilaku seseorang adalah akal sehat. Orang tidaklah memerulkan suatu analisis psikologi stribusi, dasar untuk mencari penjelasan mengenai perilaku seseorang melakukan suatu hal. Secara akal sehat ada dua golongan yang menjelaskan suatu prilaku. Pertama yang berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal), seperti suasana hati, kepribadian, kemampuan, kondisi kesehatan atau keinginan. Kedua, yang berasal dari lingkungan atau luar, ancaman, dan keadaan cuaca.
Misalnya, seseorang mendapatka IP yang jelek. Penyebabnya dapat saja karena mahasiswa tersebut malas, tidak pernah belajar atau bodoh, atau karena mahasiswa tersebut sedang ada masalah dirumahnya, dan sebagainya.
Factor – factor internal atau eksternal menjadi penyebab perilaku orang juga dapat dilihat dari dimensi apakah factor tersebut stabil atau tidak stabil. Misalnya, tingkat intelegensi seseorang adalah factor internal yang stabil, sementara suasana hatinya adalah berasala dari factor internal.
Penilaian tentang apakah factor tersebut tetap atau tidak tetap akan mempengaruhi persepsi kita terhadap orang lain. Misalnya, jika teman adalah seorang pemarah, kita akan menilai hal itu disebabkann ioleh factor internal yang tetap (karena ia memang sering marah). Akan tetapi seseorang teman lain yang terkenal periang suatu hari kita temukan sedang marah – marah.. pada saat itu tentu kita menilai bahwapastilah ada sesuatu yang membuatnya marah.
C. Teori-teori Atribusi
1. Correspondent inference theory (teori penyimpulan terkait)
Teori ini difokuskan pada orang yang dipersepsikan. Teori ini sendiri deikmebangkan oleh Edwards E. Jones dan Keith Davis (1965). Mereka mengatakan bahwa dalam menjelaskan suatu kejadian tertentu, kita akan mengacu pada tujuan atau keinginan seseorang sesuai dengan sikap dan perilakunya. Saan ingin memahami perilaku seseorang dengan informasi yang terbatas (seseorang yang tidak atau kurang kita kenal), kita akan menyimpulkan dari hal yang sesuai dengan apa yang kita lihat acuan.
Menurut teori ini perilaku merupakan informasi yang kaya. Dengan demikian apabila kita mengamati perilaku orang lain dengan cermat maka kita akan dapat mengambil beberapa kesimpulan.
2. Casual Anaysis Theory (Teori Analisis Kasual)
        Menurut Kelley, parapengamat perilaku orang lain bertindak seperti ilmuwan yang naif, mengumpulkan berbagai informasi tentang perilaku dan menganalisis polanya seupaya bisa dimengerti. Dengan kesimpulan yang diperoleh, pengamat menentukan atribusi apa yang harus dilakukan. Tidak seperti teori sebelumnya, dalam teori ini, suatu perilaku orang bisa menimbulkan perilaku lain sebagai sebab – akibatnya.

D. Bias-bias dalam atribusi (attrutional biases)
        Dalam menganalisis suatu perilaku kita tentunya mnemukan beberapa bias atau kesalahan sebagai bentuk lain dari kognisi sosial. Ada dua jenis bias dalam atribusi :
1. Bias Konitif (Cognitive Biases)
          Disini disebutkan bahwa atribusi merupakan suatu proses yang rasional dan logis. Teori atribusi menjelaskan bahwa manusia mengolah informasi dengan cara yang rasional sehingga bisa memperoleh informasi yang benar-benar objektif dan kesimpulan yang diambil juga objektif. Meskipun begitu para peneliti mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang jarang menggunakan logikannya. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam bias kognitif ini yaitu, Salience, Memberikan atribusi lebih pada disposisi (overattributing to dispositions), dan Pelaku vs Pengamat.

2. Bias Motivasi (Motivasi Biases)
Bias ini muncul dari usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kepentingan dan motivasi mereka. Seperti dijelaskan sebelumnya, bias kognitif timbul dari anggapan bahwa seolah-olah manusia hanya memiliki satu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk memperoleh pemahaman yang jelas dan menyeluruh tentang lingkungannya. Sementara dalam kenyataannya, manusia memiliki kebutuhan lain, seperti kasih sayang, percaya diri, harga diri, kebutuhan materi, yang sering kali tidak diindahkan. Padahal kebutuhan -kebutuhan tersebut ternyata juga memiliki peran yang penting dalam menimbulkan kesalahan atribusi.
Bias motivasi yang paling sering muncul adalah apa yang disebut pengutamaan diri sendiri (self-serving biases) istilah ini sendiri menjelaskan atribusi yang menekankan pada ego atau mempertahankan percaya diri sendiri. Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri dan menyalahkan orang lain.
E. Atribusi Tentang Diri (self)
Salah satu hal yang menarik dalam teori atribusi adalah orang yang memiliki presepsi berdasarkan kondisi internalnya sendiri, sama seperti saat mereka memiliki presepsi tentang kondisi orang lain. Sama seperti atribusi tentang orang lain, dalam atribusi  tentang diri sendiri kita mencari sebab-akibat suatu tindakan yang kita lakukan.
Hal ini tentunya juga berhubungan dengan atribusi disposisi dan situasional yang ada. Saat kita bisa mengenal dan memahami dengan baik factor – factor ekstenal yang mendorong kita melkukan suatu hal, kita bisa dengan mudah menyebutnya sebagai tindakan yang didasarkan pada atribusi eksternal atau situasional. Sebaliknya, saat factor eksternal itu tidak ada, berarti atribusi disposisi (internal) bisa lebih menjelaskan perilaku kita.
Pendekatan ini memberikan pemahaman tentang persepsi diri mengenai sikap, motivasi, dan emosi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar