Sabtu, 19 Januari 2013

Atraksi Interpersonal


Atraksi Interpersonal
 

Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan daya tarik seseorang. Makin tertarik kita pada orang lain maka makin besar kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengannya. Adapun proses umum dari atraksi interpersonal adalah afiliasi, daya tarik, dan komunikasi atau interaksi dengan orang lain.
A. Afiliasi
Seperti yang kita ketahui, manusia adalah mahluk sosial. Kebanyakan dari waktu yang kita habiskan melibatkan orang lian dalm beberapa hal. Tidak hanya manusia, spesies lain juga memperlihatkan keccenderungan untuk berkumpul dan berpergian dalam suatu rombongan, kerumunan atau kawanan. Jadi Afiliasi adalah kecenderungan untuk berhubungan dengan jenisnya sendiri.
B. Daya tarik (Atraksi)
Afiliasi menyediakan imbalan sosial, tetapi kebanyakan kita membentuk pilihan untuk bersama dengan spesifikasi tertentu. Pilihan tersebut bagi hubungan sosial mengindikasikan adanya daya tarik (atraksi interpersonal), bukan hanya keinginan untuk afiliasi.
C. Atraksi Interpersonal Dan Komunikasi
Sulit untuk memisahkan atraksi interpersonal dengan orang lain. Kebanyakan apa yang kita katakana sebagai hal yang menarik akan terungkap hanya settelah kita melakukan kontak dengan orang lain.
 HUBUNGAN INTERPERSONAL
Definisi hubungan interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal yang baik.  Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Setiap melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekadar menyampaikan isi pesan (content), tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal (relationship). Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang menunjukkan kadar hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu: 
         Rumahmu dimana?
         Dimanakah rumah anda?
         Bolehkah saya tahu dimana rumah anda?
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawuck, Beavin, dan Jackson (1967). Selain itu, para psikolog juga mulai menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut mewakili mazhab humanistik.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Faktor-faktor penyebab timbulnya atraksi

A. Faktor Personal
1. Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal ditandai dengan kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama lain.

2. Tekanan emosional (stres)
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain semakin besar.
3. Harga diri yang rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyuaki orang lain. Orang yang merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain.
4. Isolasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa waktu, namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.

B. Faktor-faktor situasional
1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
2. Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita.
3. Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai produk tersebut.
4. Kedekatan (proximity) atau closeness.
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut. Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain berdekatan tempat tinggal dengannya.
5. Kemampuan (competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.

TEORI LIKING
Ada empat teori yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain:
1. Reinforcement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyuaki dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu asosiatif, instrumental, dan sosial.
          Belajar Asosiatif:
kita menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
         Belajar Instrumental:
Kita menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita dan tidak menyuaki orang yang memberika hukuman.
         Belajar Sosial:
Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya.
2. Equity theory
Teori ini mengatakan bahwa individu selalu cenderung menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap banyak dari suatu hubungan maka kita juga harus menyumbang banyak untuk hubungan tersebut.

3. Exchange theory
Menurut teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan deng orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.

4. Gain-loss theory
Kita lebih menyukai orang yang menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.
Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif sebaliknya jika kita tidak menyuaki seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari orang tersebut secara negatif.
Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka mekin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut.

Berbagai Pendekatan Psikologi Tentang Perilaku Manusia



Berbagai Pendekatan Psikologi Tentang Perilaku Manusia
 

Setiap tindakan yang dilakukan seseorang dapat dideskripsikan atau dijelaskan dari sudut pandang yang berbeda. Psikolog juga memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda untuk melihat perilaku manusia. Setiap pendekatan memandang manusia dengan cara berlainan. Pembahasan tidak akan mengulas pendekatan mana yang paling kuat. Karakteristik manusia tampaknya merupakan sintesis dari berbagai pendekatan tersebut.
Lima teori utama psikologi modern :
1. Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan yg berusaha menghubungkan tindakan dengan kejadian yang berlangsung didalam tubuh manusia, terutama dalam otak dan susunan syaraf .
Pendekatan ini menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan kejadian-kejadian mental (seperti pikran dan emosi) menjadi proses biologis.
Penemuan penelitian menunjukkan ada hubungan yang erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya reaksi emosi pada manusia dan hewan dpt dirangsang dengan listrik.

2. Pendekatan Psikoanalisis
Sigmund freud, perilaku manusia ditentukan oleh insting bawaan yang sebagian besar tidak disadari. Proses ketidak sadaran ini adalah proses terpengaruhnya perilaku oleh pikirang , ketakutan, atau keinginan yang tidak disadari. Dalam pandangan psikoanalisis, kepribadian manusia merupakan interaksi antara Id, Ego, dan Superego.
Id, adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia -pusat insting (hawa nafsu-dalam kamus agama). Id  bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidk mau tahu kenyataan.
Ego, menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistic. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yg rasional.Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas.
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yg ideal. Superego adalah hati nurani yg merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakat. Superego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan kealam bawah  sadar manusia.
Baik id  maupun superego berada dalam bawah sadar manusia
3. Pendekatan Perilaku (Behaviorisme)
Behaviorisme adalah pendekatan yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan presepsi interpersonal, konsep diri, eksperimen, sosialisasi, kontrol sosial, serta ganjaran dan hukuman. Behaviorisme menganlisis perilaku manusia hanya berdasar perilaku yang tampak dan dapat diukur.
     Perilaku manusia adalah hasil dari proses belajar . Manusia belajar dari lingkungannya dari  hasil belajar itulah dia berperilaku. Oleh karena itu manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Behaviorisme juga disebut psikologi Stimulus-Respon (S-R).
4. Pendekatan Kognitif
Psikologi kognitif berpendapat bahwa manusia bukan hanya penerima stimuli yg pasif. Mental manusia mengolah informasi yg diterimanya dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk baru dan memilihnya kedalam katagori-katagori.
Pendekatang kognitif adalah pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang yang dapat berprilaku berbeda dari lingkungannya karena ia memiliki motif pribadinya sendiri (sef-motivated). Juga karena terlihat bagaimana pasif nya manusia.
5. Pendekaatan Humanistik
Pendekatan ini berpendapat bahwa manusia bukan sekedar wayang yang sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari makna, baik makna kehidupan, makna kehadiran, serta apa yang dapat diberikan pada lingkungan. Pendekatan humanistis menekankan pada kreativitas, emosi, dan pencarian makna diatas kepuasan materi.
Psikologi humanistik bertumpu pada tiga dasat pijakan yaitu (1) keunikan manusia (2) pentingya nilai dan makna (3) kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.
Pendektan ini menilai manusia tidak digerakkan oleh kekuatan luar yg tidak dapat dikontrolnya, tetapi manusia adalah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan mampu mengubah dunia disekelilingnya.
Psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia bebas memilih dan menentukan tindakannya sendiri. Oleh karena itu , setiap orang bertanggungjawab atas tindakannya sendiri dan tidak dapat menyalahkan lingkungan, orang tua atau keadaan atas tindakannya .
Berdasarkan pendekatan tersebut setiap objek studi psikologi dapat ditangani dengan berbagai pendekatan. Dengan demikian, perilaku manusia juga dapat ditelaah melalui berbagai pendekatan tersebut.